Langsung ke konten utama

Guru dan Dekadensi Moral Peserta Didik

Perkembamgan teknologi komunikasi yang kian pesat dewasa ini ternyata tidak hanya membawa efek positif tetapi juga memberikan dampak negatif bagi manusia dari berbagai aspek kehidupannya. Dampak negatif ini tentu saja tidak hanya menyerang orangtua melainkan juga menyasar para peserta didik tingkat sekolah dasar dan menengah.  Ada begitu banyak pemberitaan media yang menyoroti tentang perilaku peserta didik usia sekolah yang melakukan tindakan kekerasan terhadap temannya, terhadap guru bahkan terhadap orangtuanya sendiri. Selain itu, Aksi tawuran antarpelajar, geng motor, bully, perudungan, pelecehan, hamil di luar nikah serta perbuatan tercelah lainya yang masih marak terjadi. Perilaku seperti ini merupakan contoh dari dekadensi moral, artinya ada kemerosotan moral atau perilaku. Dalam konteks ini, peserta didik seakan tidak lagi sanggup membedakan mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang semestinya dihindari.  Situasi ini tentu saja menggelitik nurtani par...

Renungan Katolik Senin 21 Oktober 2024: Kekayaan dan Kebijaksanaan (Lukas 12: 13-21)

Berikut ini merupakan renungan harian Katolik Senin, 21 Oktober 2024 berdasarkan Injil Lukas 12: 13-21. Sebelum menyimak dan mendalami renungannya, baiklah membaca terlebih dahulu Injil dimaksud sebagai berikut: 

13Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."14Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"15Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."16Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 17Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 19Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 20Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Dalam Injil Lukas 12:13-21, kita menemukan kisah yang menggugah hati tentang seorang kaya yang berusaha mengumpulkan harta dengan cara yang egois. Dalam dialog ini, seorang dari kerumunan meminta Yesus untuk membantu menyelesaikan sengketa warisan. Yesus dengan bijaksana mengalihkan perhatian dari masalah materi tersebut dan memperingatkan kita tentang bahaya keinginan yang berlebihan untuk harta duniawi.

Kisah ini dimulai dengan pertanyaan yang umum di masyarakat: bagaimana membagi harta? Namun, Yesus mengajarkan bahwa kehidupan tidak ditentukan oleh kekayaan. Dalam perumpamaan yang diucapkan-Nya, kita melihat seorang petani yang memiliki panen melimpah. Alih-alih berbagi dengan yang membutuhkan, ia berencana untuk membangun lumbung baru untuk menyimpan hasil panennya. Ia berpikir bahwa dengan mengumpulkan lebih banyak harta, ia akan merasa aman dan puas.

gambar ilustrasi: pexels.com

Namun, apa yang terjadi selanjutnya adalah pengingat yang keras tentang kerapuhan hidup. Tuhan memanggilnya dan menyebutnya sebagai "orang bodoh" karena ia tidak menyadari bahwa malam itu juga nyawanya akan diambil. Ini adalah panggilan untuk kita semua agar tidak terjebak dalam ilusi kekayaan, yang sering kali membuat kita merasa seolah kita memiliki kontrol penuh atas kehidupan kita.

Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan arti sejati dari kekayaan. Apakah kekayaan hanya diukur dari materi? Yesus mengingatkan kita bahwa kekayaan sejati terletak pada hubungan kita dengan Tuhan dan dengan sesama. Dalam konteks ini, kita diajak untuk mempertimbangkan bagaimana kita menggunakan sumber daya yang diberikan kepada kita. Apakah kita berbagi dengan yang membutuhkan? Apakah kita memanfaatkan harta kita untuk hal-hal yang membangun dan memperkaya hidup orang lain?

Salah satu tantangan terbesar dalam hidup ini adalah mengatasi keinginan untuk memiliki lebih. Kita hidup di dunia yang sangat menghargai materi, di mana ukuran kesuksesan sering kali ditentukan oleh seberapa banyak harta yang kita miliki. Namun, Yesus dengan tegas menegaskan bahwa kebahagiaan dan kedamaian sejati tidak dapat ditemukan dalam harta yang kita kumpulkan. Kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa harta yang kita miliki hanya sementara, dan yang terpenting adalah bagaimana kita menjalani hidup kita dengan kasih dan kepedulian terhadap orang lain.

Menghadapi tantangan ini, penting bagi kita untuk berdoa dan merenungkan sikap kita terhadap kekayaan. Kita perlu bertanya pada diri sendiri: "Apakah saya terjebak dalam keinginan untuk memiliki lebih?" Atau, "Apakah saya bersyukur atas apa yang saya miliki dan siap untuk berbagi dengan orang lain?" Dengan menempatkan Tuhan di pusat hidup kita, kita dapat menemukan kepuasan yang lebih dalam daripada yang dapat diberikan oleh harta.

Kita juga diingatkan untuk tidak hanya hidup untuk diri sendiri, tetapi untuk memperhatikan kebutuhan orang lain. Di tengah kesibukan dan kesibukan hidup, kita mungkin mudah lupa untuk melihat sekitar kita. Setiap hari, ada banyak orang yang membutuhkan bantuan kita, baik secara materi maupun emosional. Memberi bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang waktu, perhatian, dan cinta kita. Ketika kita berbagi dengan orang lain, kita tidak hanya membantu mereka, tetapi juga memperkaya hidup kita sendiri.

Dalam akhir renungan ini, mari kita berkomitmen untuk mengubah pandangan kita tentang kekayaan. Marilah kita menyadari bahwa hidup yang berarti bukanlah tentang berapa banyak yang kita kumpulkan, tetapi tentang seberapa banyak yang kita berikan. Semoga kita semua diberikan hikmat untuk menjadi pengelola yang baik atas harta yang dipercayakan kepada kita, dan semoga kita selalu ingat bahwa kebahagiaan sejati datang dari berbagi dan melayani sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP Agama Katolik Kelas 1 dan 2 (Fase A) Semester Ganjil

Menuyusun perangkat pembelajaran merupakan salah satu tugas pokok seorang guru. Perangkat pembelajaran disiapkan oleh guru sebelum melakukan aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Dalam Kurikulum Merdeka (kumer),  perangkat pembelajaran mencakup Program Tahunan (prota), Program Semester (promes), Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), dan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Juga Modul Ajar.  RPP dan modul ajar memiliki kesamaan yakni sebagai panduan bagi guru dan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran. Perbedaannya ialah modul ajar lebih lengkap sehingga bisa juga dibagikan kepada siswa untuk pembelajaran secara mandiri. Sedangkan RPP hanya berisi panduan bagi guru untuk mengajar di dalam kelas sehingga tidak bisa dibagikan kepada siswa. Pada kesempatan ini akan dibagikan salah satu contoh RPP Pendidikan Agama Katolik untuk kelas 1 dan 2 (fase A). RPP yang dibagikan ini adalah RPP sepanjang semester ganjil. RPP ini telah...

RPP Agama Katolik Kelas VII dan VIII Semester Ganjil Kurikulum Merdeka

Menurut Permendikbud No.  22  Tahun  2016 tentang standar proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimengerti sebagai rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu atau lebih pertemuan.  RPP dikembangkan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran. Penyusunan RPP bukan hanya sekedar urusan persiapan administratif seperti yang diyakini sebagian guru, melainkan kegiatan yang melekat pada pembelajaran sebagai sebuah  proses.  Dalam  sudut pandang manajemen,  kegiatan  perencanaan  selalu mendahului kegiatan pencapaian tujuan. Penyusunan dan pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara individu maupun dalam kelompok MGMP dan KKG. Photo Anastasia  Shuraeva dari pexels.com Seiring berjalannya waktu, kurikulum pendidikan berubah dari kurikulum 13 berubah menjadi kurikulum merdeka. Dalam kurikulum merdeka dikenal adanya modul ajar dan juga RPP. Modul ajar merupakan suatu perangkat ajar ...

Bisikan Pendidikan dan Jejak-jejak Mimpi

Mei kembali menyapa semesta. Begitu lembut. Ia datang bersama hujan di sela-sela angin. Memberi jatah bagi bulir padi yang tumbuh pada tanah retak akibat panas. Membantu tumbuh tunas baru pada pohon-pohon. Memulihkan luka bunga-bunga liar di padang Savana akibat gigitan hewan. Juga penyejuk bagi jiwa-jiwa manusia yang kemarau. Kring! Kring! kring! Alarm ponsel genggamku bergetar hebat tepat disebelah kanan kupingku. Tubuhku begitu sulit digerakkan. Berat. Pelan-pelana kumemaksa mataku terbuka.Cukup lama hingga mataku menangkap cahaya sang surya yang menembus celahjendela.Akubenar-benar kesiangan. Rupanya hujan semalam benar-benar membawaku pada lelap berkepanjangan. Aku bergegas membersihkan tubuhku. Memakai seragam dan sepatu. Lalu mengambil selendang motif berwarna merah darah yang telah kusiapkan dari semalam di atas meja. Setelah semua beres, aku berlari kecil menuju dapur. Aku mendapati ibu duduk di pinggir tungku api. Tangannya sibuk mengaduk makanan yang menguap dari mulut panci...