body { font-family: "Poppins", poppins-fallback, poppins-fallback-android, sans-serif; } /* Poppins font metrics: - ascent = 1050 - descent = 350 - line-gap = 100 - UPM: 1000 AvgCharWidth: - Poppins: 538.0103768 - Arial: 884.1438804 - Roboto: 969.0502537 */ @font-face { font-family: poppins-fallback; src: local("Arial"); size-adjust: 60.85099821%; ascent-override: 164.3358416%; descent-override: 57.51754455%; line-gap-override: 16.43358416%; } @font-face { font-family: poppins-fallback-android; src: local("Roboto"); size-adjust: 55.5193474%: ascent-override: 180.1173909%; descent-override: 63.04108683%; line-gap-override: 18.01173909%; }

Mengenal Kanonisasi dalam Gereja Katolik

Kanonisasi adalah proses resmi yang dilakukan oleh Gereja Katolik untuk mengakui seseorang sebagai santo atau santa, yaitu orang kudus yang hidupnya menunjukkan kesucian luar biasa dan kini diyakini berada dalam kebahagiaan abadi bersama Allah. Proses ini bukan sekadar bentuk penghormatan, tetapi juga pengakuan bahwa hidup dan teladan orang tersebut layak dijadikan panutan bagi seluruh umat Katolik.

Secara etimologis, kata "kanonisasi" berasal dari kata Yunani kanon, yang berarti aturan atau daftar. Maka, secara harafiah, kanonisasi berarti memasukkan seseorang ke dalam daftar resmi para orang kudus Gereja. Orang yang telah dikanonisasi rnendapat gelar "Santo" (untuk pria) atau "Santa" (untuk wanita), dan umat Katolik dapat secara publik menghormati mereka serta meminta doa-doa perantaraan mereka kepada Allah.

Pengakuan ini bukan berarti bahwa Gereja "membuat" seseorang rnenjadi kudus, melainkan mengakui bahwa orang tersebut telah hidup dalam kekudusan secara heroik, dan bahwa hidupnya rnenunjukkan tanda-tanda nyata dari rahmat Allah.

gambar Mikhail Nilov dari pexels.com

Sejarah Singkat Kanonisasi

Pada masa awal Gereja, proses pengakuan orang kudus bersifat lokal dan informal. Martir yang wafat demi imannya segera dihormati sebagai orang kudus oleh komunitas Kristen setempat. Namun, seiring berjalannya waktu, Gereja menyadari perlunya proses yang lebih ketat untuk memastikan kebenaran hidup kudus dan mukjizat yang terjadi.

Pada abad ke-12, Paus Alexander III menetapkan bahwa hanya Paus yang dapat mengkanonisasi seseorang. Sejak saat itu, kanonisasi menjadi proses resmi di bawah otoritas Takhta Suci, dengan berbagai tahapan dan investigasi yang ketat.

Mengutip RD Riki Maulana (2014), proses kanonisasi dalam Gereja Katolik terdiri dari beberapa tahap penting:

1. Hamba Allah (Servus Dei)

Proses dimulai di tingkat keuskupan, di mana uskup setempat membuka penyelidikan terhadap kehidupan dan kebajikan seseorang dan menyatakan alasan mengapa orang tersebut pantas diusulkan sebagai orang kusus. Jika disetujui. orang itu disebut "Hamba Allah" (Servus Dei atau Sevant of God)

2. Venerabilis (Yang Terhormat)

Setelah penyelidikan di tingkat keuskupan selesai, dokumen dikirim ke Kongregasi yang berwenang di Vatikan. Jika Kongregasi dan Paus menyetujui bahwa orang tersebut menunjukkan kebajikan heroik, maka ia diberi gelar "Yang Terhormat''.

3. Beatifikasi

Untuk melangkah ke tahap ini, biasanya dibutuhkan satu mukjizat yang terjadi melalui perantaraan orang tersebut. Setelah beatifikasi, ia mendapat gelar "Beato" (untuk pria) atau "Beata" (untuk wanita) dan dapat dihormati di wilayah tertentu.

4. Kanonisasi

Untuk mencapai tahap ini, umumnya diperlukan satu mukjizat lagi setelah beatifikasi. Jika mukjizat itu diakui, Paus dapat mengumumkan kanonisasi, dan orang tersebut dihormati sebagai Santo atau Santa oleh seluruh Gereja Katolik.

Tujuan dan Makna Spiritualitas

Kanonisasi bukan sekadar penghargaan pribadi. Lebih dari itu, proses ini menjadi sarana edukatif dan spiritual bagi umat Katolik. Para orang kudus menjadi teladan hidup Kristiani di berbagai konteks zarnan dan budaya. Mereka menunjukkan bahwa kekudusan tidak terbatas pada para imam, biarawan, atau biarawati, tetapi terbuka bagi siapa saja yang hidup dalam kasih dan kebenaran.

Kanonisasi juga memperkuat iman umat bahwa Allah tetap berkarya dalam sejarah manusia. Mukjizat yang menyertai proses ini memperlihatkan kuasa Allah yang melampaui logika manusia.

Melalui kanonisasi, Gereja Katolik mengajak umat untuk meneladani para santo dan santa sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia yang penuh tantangan moral dan spiritual, kesaksian hidup para kudus menjadi pelita yang membimbing umat untuk hidup seturut kehendak Allah. Mereka bukan hanya dikenang dalam doa, tetapi diundang untuk menyertai umat dalam peziarahan iman menuju kekudusan.

2 komentar untuk "Mengenal Kanonisasi dalam Gereja Katolik"

  1. Luar biasa. Terbaik. Informasinya sangat bermanfaat. Semangat berkarya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ee, salam sukses di mana pun berada

      Hapus